Memahami “Gaya Punggung”

Adakalanya obyek foto harus diambil dari belakang karena beragam kondisi.
Namun, sebaiknya obyek foto harus adalah yang sudah dikenal. Arbain Rambey

Secara Umum, foto yang meyoritas menampilkan punggung orang banyak dihindari dalam foto jurnalistik. Foto massa yang sedang berdemo sebaiknya diambil saat orang – orang yang berdemo itu menghadap kamera. Rombongan orang yang menuju suatu tempat sebaiknya juga diambil dengan arah hadap orang – orang itu ke arah kamera. Walau selalu ada perkecualian untuk segala hal, foto jurnalistik memang mengharapkan ada “hubungan” antara foto dengan pembacanya. Foto yang menampilkan punggung secara umum membuat massa merasa ditinggalkan.

Namun, seperti telah disebutkan di alinea di atas, perkecualian tentang foto punggung ini justru kadang diambil untuk hal yang khusus. Satu hal yang penting dalam foto “gaya punggung” ini adalah : orang yang difoto harus sudah sangat dikenal pembaca sehingga wajah sudah tidak penting lagi. Foto gaya punggung diambil manakala ada hal lain yang lebih penting untuk ditonjolkan dari pada sekedar wajah sang terportret.

Mengungkap Gestur
Foto karya Riza Fathoni yang sudah dimuat di harian kompas bulan lalu. Foto itu merekam saat Joko Widodo minta ijin kepada Presiden SBY untuk cuti sementara dari jabatan gubernur DKI untuk berkonsentrasi pada pencalonannya sebagai presiden RI. Wajah kedua orang itu tentu sangat pembaca diIndonesia, bahkan foto dari belakang pun keduanya mudah dikenali.

Foto karya Riza Fathoni itu menjadi menarik karena menampilkan sisi manusiawi keadaan saat peristiwa terjadi. Membungkuknya Jokowi dan tangan kiri SBY yang menyentuh pundak kanan Jokowi tentu lebih menarik untuk dipotret dari arah belakang.

“Foto gaya punggung diambil manakala ada hal lain yang lebih penting dari pada sekedar wajah”

Maaf jika hasil photo kurang memuaskan.
Bahkan hasil seperti ini pun masih bisa dikenali